Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kepik Penghisap Buah Lada : Siklus Hidup, Gejala Serangan, dan Pengendaliannya

kepik penghisap buah lada
 Kepik Penghisap Buah Lada( Foto: Disbun Jatim)

Tanaman lada (Piper nigrum)  adalah salah satu komoditas expor andalan indonesia di pasar dunia, karena sebagian besar hasil lada indonesia diexpor keluar negeri. Indonesia merupakan salah satu penghasil lada terbesar di asia  tenggara setelah vietnam.

Namun Tanaman lada diIndonesia mengalami penurunan dari segi kwantitas dan kwalitas yang signifikan yang disebabkan oleh berbagai faktor terutama serangan hama penghisap buah lada dasynus piperis.

Oleh karena itu penting bagi petani untuk mengetahui mengenai hama penghisap buah bagaimana siklus hidupnya, gejala serangannya dan sampai pada cara pengendaliannya .

Mengenal Kepik Penghisap Buah Dasynus Piperis

Di kalangan petani Hama penghisap buah lada memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah.

Kerusakan yang ditimbulkan hama ini menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi petani sebab yang diserangnya adalah buah tanaman lada.

Jika serangan terjadi pada saat buah masih muda bisa menyebakan puso sebab akan mengakibatkan banyaknya tandan buah lada yang menjadi kosong.

Hama Kepik lada hanya aktif saat pagi dan sore hari sedangkan pada siang hari bersembunyi diantara tajuk tanaman lada.

Siklus Hidup Hama Penghisap Buah Dasynus Piperis

Imago kepik penghisap buah jantan dan betina memiliki perbedaan yang sangat jelas dari ukuran bentuk tubuh, imago jantan terlihat memiliki bentuk tubuh yang ramping memanjang dan imago betina bentuk tubuhnya jauh lebih besar dan cenderung lebih pendek.

Tahap perkembangan hama penghisap buah lada dari sejak telur sampai dewasa berlangsung 6-14 minggu. Hama kepik mengalami metomorfosis yang tidak sempurna terdiri dari telur, nimfa dan imago. Imago betina mampu menghasilkan telur hingga 200 butir.

Telur diletakkan di permukaan daun atau di sekitar tandan buah, berwarna coklat muda sampai dengan coklat tua, berbentuk lonjong dan berkelompok. Setiap kelompok terdapat  3 -10 butir telur dan telur akan menetas setelah satu minggu.

Setelah menetas nimfa hama penghisap buah akan mengalami pergantian kulit kurang lebih 4 kali, stadia nimfa  21-28 hari. Ciri khusus dari nimfa yaitu memiliki antena dan disetiap antena terdapat dua buah tonjolan.

Kepik penghisap buah lada yang sudah mencapai usia dewasa memiliki warna hijau kecoklatan, stadia dewasa dari hama ini berkisar tiga bulan. 

Gejala Serangan Hama Penghisap Buah Tanaman Lada

Cara kepik D.piperis merusak buah lada yaitu dengan menusukan stilet lalu menghisap cairan pada buah lada. Hama kepik tidak hanya mengambil cairan pada buah tetapi juga pada bagian tanaman lain seperti tangkai daun, bunga dan pucuk muda tanaman lada.

Serangan awal dapat dikenali dengan adanya bintik kekuningan pada buah lada yang berumur sekitar 4 sampai 5 bulan atau pada fase masak susu. Buah lada yang terserang menjadi kosong, kering lalu menghitam, pada serangan berat tandan buah akan gugur.

Sedangkan pada serangan berat(buah tua) akan menyebabkan buah menghitam, mengering, bahkan bisa menyebabkan gugurnya tandan buah lada. 

Pengendalian Hama Penghisap Buah Lada

Cara pengendalian Hama penghisap buah lada yang efektif yaitu dengan memadukan beberapa teknik pengendalian, baik pengendalian secara fisik mekanis, kultur teknis, biologi maupun kimiawi.

1. Pengendalian Biologi

Tindakan pengendalian ini dilakukan dengan caara memanfaatkan agens hayati/musuh alami berupa patogen yang bersifat parasitoid terhadap hama penghisap buah maupun predator dari hama tersebut.

Ada banyak spesis musuh alami dari hama penghisap buah lada yang dapat dimanfaatkan oleh petani karena keberadaannya yang mudah ditemukan diantaranya cocopet dan semut sebagai pemangsa telur dan nimfa.

2. Pengendalian Fisik dan Mekanik

Pengendalian dengan cara fisik dilakukan dengan pengaturan suhu, kelembaban dan cahaya dengan cara melakukan pemangkasan padaa tanaman lada maupun pada tanaman penegak. Sedangkan pengendalian mekanik adalah menangkap hama penghisap buah dengan menggunakan alat bantu berupa jaring

 3. Pengendalian dengan pestisida Kimiawi/nabati

Pengendalian dengan Pestisida kimia adalah jurus terahir dalam sistem pengendalian sebab tindakan ini baru bisa diterapkan jika pengendalian yang lain tidak lagi efektif dan populasi hama terus meningkat.

Penggunaan insektisida nabati juga dapat menjadi pilihan yang baik untuk mengendalikan kepik penghisap buah lada secara alami. 

Beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati antara lain adalah serai yang bersifat penolak dan menyebabkan kematian pada hama penghisap buah, bawang putih  dan juga tembakau.
 
Selain penggunaan pestisida nabati  penerapan praktik budidaya yang sehat dan sanitasi lingkungan yang baik juga  memiliki peran yang sangat penting dalam pengendalian hama penghisap buah lada.
 
Pemantauan secara kontinyu juga diperlukan untuk memantau perkembangan populasi hama pada tanaman lada. Dengan pemantauan yang rutin petani dapat segera mengambil tindakan yang diperlukan sebelum populasi hama meningkat dan menyebabkan kerugian yang jauh lebih besar.
 
Kesimpulan

Kepik penghisap buah menjadi salah satu tantangan utama dalam budidaya lada. Pengetahuan mengenai hama Dasynus piperis yang menyerang buah tanaman lada menjadi hal yang sangat penting bagi para petani lada. 

Dengan pemahaman yang baik mengenai hama penghisap buah lada tersebut petani dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam upaya mengendalikan serangan hama pada tanaman lada.

Dalam upaya mengendalikan serangan hama pada tanaman lada diperlukan sinergitas antara petani, peneliti dan pemerintah dalam menyediakan informasi, teknologi pengendalian yang tepat.

Langkah-langkah pengendalian hama penghisap buah lada yang tepat diharapkan dapat meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh serangan hama pada tanaman lada serta meningkatkan kesejahteraan petani lada di Indonesia.